Assalaamu'alaykum wr.wb.. makasi ya udah mau mampir di blog aku yang mungkin agak gimana yaaa ... hehe tapi semoga ada yang bermanfaat. Enjoy It ^-^
RSS

Senin, 20 Oktober 2014

Cita - Cita Mulia (dunia akhirat)


Assalaamu'alaykum wr wb, sahabat :) semoga selalu ada dalam lindungan-Nya.
Inshaa Allah malam ini mau nge blogg tentang wanita terutama isteri karena sedang tidak ada tugas =)), mungkin kadang sebagian saudara ku yg sebaya, jarang yg mengangkat topik ini ^^ tapi, aku terinspirasi dari seseorang yang sangat spesial dalam hidupku "MAMA" dan juga kakak-kakak ku :)
Bismillaah....
"Dibalik suami yang hebat, dibalik anak yang cerdas. Ada istri sekaligus bunda yang luar biasa." :)
"Surganya anak perempuan itu terletak pada kerelaan sang ibu, dan surganya seorang isteri terletak pada kerelaan dan kelegaan hati suami disamping kepatuhan dan ketundukannya kepada syari'at Allah SWT." Itulah janji Allah dan Ia tidak pernah mengingkari janji-Nya.
Oke, selanjutnya aku mau berbagi kisah yg sangat inspiratif pada zaman Nabi saw. ini adalah sebuah kisah seorang wanita yang ahli surga, beliau adalah Muthiah. Yuk disimak ;)
***
     Muthiah ini disebut sebagai ahli surga, bahkan masuk surga lebih dahulu daripada Fathimah. "Ya Fathimah, jika engkau ingin lebih dulu masuk surga, contohlah Muthiah. Datanglah padanya dan belajarlah padanya. Sesungguhnya Muthiah itulah yg lebih dulu masuk surga." Begitulah kata Rasulullah.
        Tentu saja, Fathimah penasaran. Siapa gerangan Muthiah dan apa amalannya sehingga bisa lebih dulu dari dirinya yang putri kesayangan Rasulullah. Lalu beliau mencari tau rumahnya dan mengunjunginya, ternya Muthiah adalah seorang rakyat kecil yang suaminya seorang buruh di pasar. Beliau tinggal di pinggiran kota Madinah di rumah yang sederhana. 
    "Assalamu'alaykum," Fathimah mengetuk pintu.
    "Wa'alaykumussalam," Muthiah membukakan pintu.
    "Bolehkah aku bertamu?" tanya Fathimah.
       Muthiah melihat Hasan -putra Fathimah- yg datang bersama Fathimah. Muthiah menggeleng.
     "Maafkan, aku tidak bisa menerima tamu laki-laki. Biarkan aku meminta izin suamiku dulu, datanglah lagi besok, setelah aku tau suamiku mengizinkan," kata Muthiah
       Subhanallah, putri dan cucu Rasulullah ditolak bertamu. Padahal kala itu Hasan masih sangat kecil. Esok harinya, Fathimah kembali ke rumah Muthiah bersama Hasan. Husein anaknya yang lebih kecil merengek minta ikut, Fathimah terpaksa membawanya.
       Muthiah menolak lagi.
       "Maafkan aku, kemarin aku hanya meminta izin untuk Hasan, belum untuk Husein. Datanglah kembali esok. Aku akan memintakan izin kpd suamiku."
       Fathimah pun kembali. Beliau semakin penasaran dengan Muthiah, pada hari ketiga beliau dibolehkan bertamu oleh Muthiah.
Fathimah melihat sekeliling isi rumah, menerka nerka apa yang istimewa dari Muthiah ini. Tampaklah tiga benda di meja yaitu cambuk, kipas dan handuk.
       "Untuk apa benda-benda ini?" Tanya Fathimah
       "Oh, tiga benda ini kusediakan setiap hari untuk suamikusepulang dari pasar nanti, handuk ini digunakan untuk mengelap keringat yg mengalir diseluruh tubuh suamiku setiap hari, Lalu, kipas ini untuk mengipasinya ketika berbaring sejenak, aku biasa duduk disampingnya sampai hilang rasa lelahnya" Jelas Muthiah.
       "Lalu untuk apa cambuk ini?" tanya Fathimah penasaran." 
Setelah hilang rasa lelahnya, suamiku mandi dan aku menyiapkan hidangan untuknya, Suamiku akan makan hidangan tersebut dan aku memberikan cambuknya,"
Muthiah akan mengatakan pada suaminya, "Jika ada pelayananku yang tak memuaskan, cambuklah aku. Sungguh aku lebih rela dicambukmu daripada dicambuk dineraka karena sikapku yang buruk pada suami."
       Tapi, selama Muthiah menikah, suaminya tak pernah mencambuknya sekalipun. Tentu saja itu karena pelayanan Muthiah yang luar biasa hebat. Beliau adalah isteri yang sangat taat pada suaminya. Siapa suami yang tidak rida atau tega mencambuknya?
        Fathimah meneteskan air mata mendengar kisah Muthiah, beliau pun mengerti kenapa Muthiah disebut-sebut sebagai ahli surga oleh Rasulullah. Fathimah pun pulang dan bertekad akan mencontoh ketaatan Muthiah pada suami.
***
       Alhamdulillaah, bagaimana kisahnya?? Sangat menarik bukan? Setinggi apapun jabatan seorang istri tetap harus menghormati suaminya, serendah apapun pekerjaan suami dimata manusia istri tetap harus mensupportnya -sebagaimana Siti Khadijah yg tak pernah lelah memberi semangat kpd Nabi Muhammad saw.- ^^ Mungkin di zaman yang modern seperti sekarang, akan ada banyak godaannya. Tidak sedikit isteri yang bekerja dan tidak sempat melayani suami dengan baik. Tak apa, :) kita tidak bisa se taat Muthiah tidak bisa mencontoh kerendahannya, setidaknya kita bisa mencontoh ketaatannya baik dalam perkataan, sikap, tingkah laku maupun pelayanan.  Dan bukan berarti derajat wanita sangat rendah dibanding laki-laki. Justru dengan taat pada suami, derajat dan pahala yang didapat adalah sama, ketika suami pergi berjihad atau mencari nafkah dan di rumah sang isteri mampu menjaga kesuciannya dan hartanya, maka pahala yang didapat adalah sama. Sebagaimana kisah Asma binti Yazid bin Sukun berikut :
    Asma dengan berani datang ke majelis Rasulullah yang ketika itu berkumpul sahabat Rasulullah. Dengan tutur kata yang luar biasa, Asma berkata : "Ya, Rasulullah. Engkau bagaikan ibu dan ayah ku, keberadaanku disini adalah untuk mewakili para wanita. Kami mengimanimu dan juga Tuhanmu. Aku akan memberitahukan kepadamu bahwa kami, kaum wanita tidak mempunyai gerak leluasa sebagaimana laki-laki. Amal perbuatan kami hanya sebatas amal perbuatan yang bersifat rumah tangga, untuk mengandung dan melahirkan anak-anak. Ini berbeda dengan kalian, wahai kaum laki-laki! Kalian melebihi kami dalam hal berjamaah, menjenguk orang sakit, mengantarkan myat ke kuburan, menunaikan ibadah haji dan yang lebih utama lagi kemampuan kalian untuk berjihad dijalan Allah. Amal perbuatan kami disaat kalian menunaikan haji dan berjihad hanya sebatas menjaga harta, mencuci pakaian dan mendidik anak-anak. Oleh karena itu, kami ingin bertanya kepada kalian, apakah amal perbuatan kami itu bisa disetarakan pahalanya dengan amal perbuatan kalian?"
       Rasulullah saw. tersenyum dan berkata kepada Asma. "Engkau pahamkanlah dan sampaikanlah apa yang akan aku katakan nanti kepada wanita-wanita selain kamu. Bahwa perlakuan baik salah seorang diantara mereka kepada suaminya, dan meminta keridaan kepada suaminya, itu semua setimpal dengan seluruh amal yang kamu sebutkan yang dikerjakan oleh laki-laki."
Jadi, cukup dengan metaatinya dan mendapat keridoan suami, maka pahala yg suami dapat adalah sama dengan perempuan. -bisa dibuka mushafnya (QS. Al-Ahzaab [33] : 35)-
Dan, dari Aisyah r.a.: Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya kaum perempuan setara dengan kaum laki-laki." (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, Al Darimi, dan Ibn Majah).
        Jika semua perempuan tau pahala yg didapat dengan mentaati suami, pastilah ia berlomba-lomba untuk menjadi isteri yang sholehah ^^ tapi sayang, kadang syaitan terlalu kuat untuk dilawan, meskipun Allah telah berfirman "Inna kaidas syaithooni kaana dlo 'iifa (sesungguhnya tipu daya setan itu lemah)" jika iman kita kuat :) Dengan tipu daya setan itu tak sedikit isteri yang durhaka kepada suaminya, memutskan silaturahim dengan tetangganya bahkan saudaranya -tanpa ia sadari-. Padahal dari sekian banyak pesan Rasulullah untuk wanita adalah "BERBAKTI dan MENJAGA SILATURAHIM" ^^
       Dari Luqaith ibn Shirah: Aku berkata, "Ya, Rasulullah aku mempunyai seorang isteri yang ...(ia menyebutkan kata-kata jorok isterinya)." Rasulullah saw. bersabda, "ceraikanlah dia!" Aku berkata "ia mempunyai seorang adik perempuan dan seorang anak." Rasulullah bersabda "Suruhlah ia (berbuat baik) atau bicaralah kepadanya jika ada kebaikan yang akan ia lakukan, dan janganlah memukul isterimu seperti memukul budak perempuanmu." (HR Ahmad dan Abu Dawud)
        Dari hadits diatas sudah kita ketahui bahwa sudah kodratnya wanita itu sangat perasa, mudah terpengaruh dan cepat marah walaupun karena hal sepele. Dan kadang ia tidak menyadari kepada siapa ia meluapkan emosinya, orang dekat atau jauh, suami atau anak. Tiba-tiba ia memutuskan silaturahim. Inilah satu sifat perempuan yang bisa menjerumuskannya ke neraka, walaupun begitu suami tidak boleh menyakiti hati seorang istri cukup menasehati dengan lemah lembut atau pukul tetapi tidak menyebabkan rasa sakit dan luka.
Seorang sahabat bertanya, "Ya, Rasulullah kenapa kebanyakan penghuni neraka adalah perempuan?" Rasulullah menjawab, "Karena mereka sering melemparkan kutukan dan mengingkari pemberian suami (kufur)." Astaghfirullah :(
         Diakhir artikel ini aku ingin sampaikan berita bahagia untuk kalian -wanita solehah- ;)
Dari 'Abdullah ibn 'Abbas r.a.: Rasulullah saw. bersabda, "Maukah kalian kuberitahukan kepada kalian tentang istri-istri kalian yang termasuk penghuni surga? Yaitu perempuan yang mencintai suami, mempunyai banyak anak,  dan selalu meminta maaf kepada suaminya. Jika ia menyakiti atau disakiti,  ia segera mendatangi suaminya dan memegang tangannya, lalu berkata, 'Demi Allah, aku tidak akan tidur sebelum engkau ridha kepadaku.'" (HR Al Nasa'i)
       Dari Abu Hurairah r.a.: Dikatakan kepada Rasulullah saw. bahwa si fulan adalah perempuan yang rajin shalat malam, berpuasa, berbuat kebajikan dan bersedekah, tetapi ia sering menyakiti tetangganya. Rasulullah bersabda, "Tidak ada kebaikan baginya dan ia termasuk calon penghuni neraka." Para sahabat berkata, "si fulan adalah seorang perempuan yang hanya sholat wajib, sedekah hanya dengan sepotong keju, tetapi tidak suka menyakiti siapapun." Rasulullah saw. bersabda, "Ia termasuk calon penghuni surga." (HR Al Bukhari dalam Al Adab Al Mufrad). Ibadah vertikal dan horizontal harus sama, seimbang. Jika rajin ibadah kepada Allah tetapi tidak bersaudara dengan sesama, maka percumalah begitu juga sebaliknya.
      Alhamdulillaaah, akhirnya selesai.. Tidak maksud menggurui, hanya sekedar ingin berbagi ^^ Apakah kalian mau surganya Allah?? Ayo berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khoirath), karena jenis ibadah itu banyak ukh ;) Semoga bermanfaat. Ganbatte, Semangat, Hwaiting, Kayaaaoo :D


Sumber :
    Ezokanzo, Tethy. (2013). 40 Putri Terhebat, Bunda Terkuat. Jakarta : Kalil imprint PT Gramedia Pustaka Utama
    Al Syaikh, Badwi Mahmud. (2013). 100 Pesan Nabi untuk Wanita. Bandung : Mizania



blogger

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

AKIBAT MENGAMBIL UANG IBU Rp.150

KISAH INSPIRATIF YANG BANYAK MEMBUAT ORANG MENANGIS.  
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ..
Ada satu kisah nyata yang sangat BERHARGA, diceritakan seorang trainer Kubik Leadership yang bernama Jamil Azzaini di kantor Bea dan Cukai Tipe A Bekasi sekitar akhir tahun 2005. Dalam berceramah agama, beliau menceritakan satu kisah dengan sangat APIK dan membuat air mata pendengar berurai. Berikut ini adalah kisahnya:  Pada akhir tahun 2003, istri saya selama 11 malam tidak bisa tidur. Saya sudah berusaha membantu agar istri saya bisa tidur, dengan membelai, diusap-usap, masih susah tidur juga. Sungguh cobaan yang sangat berat. Akhirnya saya membawa istri saya ke RS Citra Insani yang kebetulan dekat dengan rumah saya. Sudah 3 hari diperiksa tapi dokter tidak menemukan penyakit istri saya.   Kemudian saya pindahkan istri saya ke RS Azra, Bogor. Selama berada di RS Azra, istri saya badannya panas dan selalu kehausan. Setelah dirawat 3 bulan di RS Azra, penyakit istri saya belum juga diketahui penyakitnya.
Akhirnya saya putuskan untuk pindah ke RS Harapan Mereka di Jakarta dan langsung di rawat di ruang ICU. Satu malam berada di ruang ICU pada waktu itu senilai Rp 2,5 juta. Badan istri saya –maaf- tidak memakai sehelai pakaian pun. Dengan ditutupi kain, badan istri saya penuh dengan kabel yang disambungkan ke monitor untuk mengetahui keadaan istri saya. Selama 3 minggu penyakit istri saya belum bisa teridentifikasi, tidak diketahui penyakit apa sebenarnya.  Kemudian pada minggu ke-tiga, seorang dokter yang menangani istri saya menemui saya dan bertanya,  “Pak Jamil, kami minta izin kepada pak Jamil untuk mengganti obat istri bapak.”
“Dok, kenapa hari ini dokter minta izin kepada saya, padahal setiap hari saya memang gonta-ganti mencari obat untuk istri saya, lalu kenapa hari ini dokter minta izin ?”  “Ini beda pak Jamil. Obatnya lebih mahal dan obat ini nantinya disuntikkan ke istri bapak.”  “Berapa harganya dok?”  “Obat untuk satu kali suntik 12 juta pak.”  “Satu hari berapa kali suntik dok?”  “Sehari 3 kali suntik.”  “Berarti sehari 36 juta dok?”  “Iya pak Jamil.”  “Dok, 36 juta bagi saya itu besar sedangkan tabungan saya sekarang hampir habis untuk menyembuhkan istri saya. Tolong dok, periksa istri saya sekali lagi. Tolong temukan penyakit istri saya dok.”  “Pak Jamil, kami juga sudah berusaha namun kami belum menemukan penyakit istri bapak. Kami sudah mendatangkan perlengkapan dari RS Cipto dan banyak laboratorium namun penyakit istri bapak tidak ketahuan.”  “Tolong dok…., coba dokter periksa sekali lagi. Dokter yang memeriksa dan saya akan berdoa kepada Rabb saya. Tolong dok dicari”  “Pak Jamil, janji ya kalau setelah pemeriksaan ini kami tidak juga menemukan penyakit istri bapak, maka dengan terpaksa kami akan mengganti obatnya.” Kemudian dokter memeriksa lagi.  “Iya dok.”  Setelah itu saya pergi ke mushola untuk shalat dhuha dua raka’at. Selesai shalat dhuha, saya berdoa dengan menengadahkan tangan memohon kepada Allah, -setelah memuji Allah dan bershalawat kepada Rasululloh,  “Ya Allah, ya Tuhanku….., gerangan maksiat apa yang aku lakukan. Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga engkau menguji aku dengan penyakit istriku yang tak kunjung sembuh. Ya Allah, aku sudah lelah. Tunjukkanlah kepadaku ya Allah, gerangan energi negatif apakah yang aku lakukan sehingga istriku sakit tak kunjung sembuh ? sembuhkanlah istriku ya Allah. Bagimu amat mudah menyembuhkan penyakit istriku semudah Engkau mengatur Milyaran planet di muka bumi ini ya Allah.”  Kemudian secara tiba-tiba ketika saya berdoa, “Ya Allah, gerangan maksiat apa yang pernah aku lakukan? Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga aku diuji dengan penyakit istriku tak kunjung sembuh?” saya teringat kejadian berpuluh-puluh tahun yang lalu, yaitu ketika saya mengambil uang ibu sebanyak Rp150,-.  Dulu, ketika kelas 6 SD, SPP saya menunggak 3 bulan. Pada waktu itu SPP bulanannya adalah Rp 25,. Setiap pagi wali kelas memanggil dan menanyakan saya, “JaMil, kapan membayar SPP ? JaMil, kapan membayar SPP ? Jamil, kapan membayar SPP ?” Malu saya. Dan ketika waktu istrirahat saya pulang dari sekolah, saya menemukan ada uang Rp150, di bawah bantal ibu saya. Saya mengambilnya. Rp75,- untuk membayar SPP dan Rp75,- saya gunakan untuk jajan.  Saya kemudian bertanya, kenapa ketika berdoa, “Ya Allah, gerangan maksiat apa? Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga penyakit istriku tak kunjung sembuh?” saya diingatkan dengan kejadian kelas 6 SD dulu ketika saya mengambil uang ibu. Padahal saya hampir tidak lagi mengingatnya ??. Maka saya berkesimpulan mungkin ini petunjuk dari Allah. Mungkin inilah yang menyebabkan istri saya sakit tak kunjung sembuh dan tabungan saya hampir habis. Setelah itu saya menelpon ibu saya,  “Assalamu’alaikum Ma…”  “Wa’alaikumus salam Mil….” Jawab ibu saya.  “Bagaimana kabarnya Ma ?”  “Ibu baik-baik saja Mil.”  “Trus, bagaimana kabarnya anak-anak Ma ?”  “Mil, mama jauh-jauh dari Lampung ke Bogor untuk menjaga anak-anakmu. Sudah kamu tidak usah memikirkan anak-anakmu, kamu cukup memikirkan istrimu saja. Bagaimana kabar istrimu Mil, bagaimana kabar Ria nak ?” –dengan suara terbata-bata dan menahan sesenggukan isak tangisnya-.  “Belum sembuh Ma.”  “Yang sabar ya Mil.”  Setelah lama berbincang sana-sini –dengan menyeka butiran air mata yang keluar-, saya bertanya, “Ma…, Mama masih ingat kejadian beberapa tahun yang lalu ?”  “Yang mana Mil ?”  “Kejadian ketika Mama kehilangan uang Rp150,- yang tersimpan di bawah bantal ?”  Kemudian di balik ujung telephon yang nun jauh di sana, Mama berteriak, (ini yang membuat bulu roma saya merinding setiap kali mengingatnya)  “Mil, sampai Mama meninggal, Mama tidak akan melupakannya.” (suara mama semakin pilu dan menyayat hati),  “Gara-gara uang itu hilang, mama dicaci-maki di depan banyak orang. Gara-gara uang itu hilang mama dihina dan direndahkan di depan banyak orang. Pada waktu itu mama punya hutang sama orang kaya di kampung kita Mil. Uang itu sudah siap dan mama simpan di bawah bantal namun ketika mama pulang, uang itu sudah tidak ada. Mama memberanikan diri mendatangi orang kaya itu, dan memohon maaf karena uang yang sudah mama siapkan hilang.   Mendengar alasan mama, orang itu merendahkan mama Mil. Orang itu mencaci-maki mama Mil. Orang itu menghina mama Mil, padahal di situ banyak orang. ...rasanya Mil. Mamamu direndahkan di depan banyak orang padahal bapakmu pada waktu itu guru ngaji di kampung kita Mil tetapi mama dihinakan di depan banyak orang. SAKIT.... SAKIT... SAKIT rasanya.”  Dengan suara sedu sedan setelah membayangkan dan mendengar penderitaan dan sakit hati yang dialami mama pada waktu itu, saya bertanya, “Mama tahu siapa yang mengambil uang itu ?”  “Tidak tahu Mil…Mama tidak tahu.”  Maka dengan mengakui semua kesalahan, saya menjawab dengan suara serak,  “Ma, yang mengambil uang itu saya Ma….., maka melalui telphon ini saya memohon keikhlasan Mama. Ma, tolong maafkan Jamil Ma…., Jamil berjanji nanti kalau bertemu sama Mama, Jamil akan sungkem sama mama. Maafkan saya Ma, maafkan saya….”  Kembali terdengar suara jeritan dari ujung telephon sana, “Astaghfirullahal ‘Azhim….. Astaghfirullahal ‘Azhim….. Astaghfirullahal ‘Azhim…..Ya Allah ya Tuhanku, aku maafkan orang yang mengambil uangku karena ia adalah putraku. Maafkanlah dia ya Allah, ridhailah dia ya Rahman, ampunilah dia ya Allah.”  “Ma, benar mama sudah memaafkan saya ?”  “Mil, bukan kamu yang harus meminta maaf. Mama yang seharusnya minta maaf sama kamu Mil karena terlalu lama mama memendam dendam ini. Mama tidak tahu kalau yang mengambil uang itu adalah kamu Mil.”  “Ma, tolong maafkan saya Ma. Maafkan saya Ma?”  “Mil, sudah lupakan semuanya. Semua kesalahanmu telah saya maafkan, termasuk mengambil uang itu.”  “Ma, tolong iringi dengan doa untuk istri saya Ma agar cepat sembuh.”  “Ya Allah, ya Tuhanku….pada hari ini aku telah memaafkan kesalahan orang yang mengambil uangku karena ia adalah putraku. Dan juga semua kesalahan-kesalahannya yang lain. Ya Allah, sembuhkanlah penyakit menantu dan istri putraku ya Allah.”  Setelah itu, saya tutup telephon dengan mengucapkan terima kasih kepada mama. Dan itu selesai pada [12:54pm, 09/09/2014] Odoj Mbak Naim: pukul 10.00 wib, dan pada pukul 11.45 wib seorang dokter mendatangi saya sembari berkata,  “Selamat pak Jamil. Penyakit istri bapak sudah ketahuan.”  “Apa dok?”  “Infeksi prankreas.”  Saya terus memeluk dokter tersebut dengan berlinang air mata kebahagiaan, “Terima kasih dokter, terima kasih dokter. Terima kasih, terima kasih dok.”  Selesai memeluk, dokter itu berkata, “Pak Jamil, kalau boleh jujur, sebenarnya pemeriksaan yang kami lakukan sama dengan sebelumnya. Namun pada hari ini terjadi keajaiban, istri bapak terkena infeksi prankreas. Dan kami meminta izin kepada pak Jamil untuk mengoperasi cesar istri bapak terlebih dahulu mengeluarkan janin yang sudah berusia 8 bulan. Setelah itu baru kita operasi agar lebih mudah.”  Setelah selesai, dan saya pastikan istri dan anak saya selamat, saya kembali ke Bogor untuk sungkem kepada mama bersimpuh meminta maaf kepadanya, “Terima kasih Ma…., terima kasih Ma.”  Namun…., itulah hebatnya seorang ibu. Saya yang bersalah namun justru mama yang meminta maaf. “Bukan kamu yang harus meminta maaf Mil, Mama yang seharusnya minta maaf.”  Sahabat ... Sungguh benar sabda Rasulullaah shalallaahu ’alaihi wa sallam :  "Ridho Allah tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua" (HR Bukhori, Ibnu Hibban, Tirmidzi, Hakim)  "Ada tiga orang yang tidak ditolak doa mereka: orang yang berpuasa sampai dia berbuka, seorang penguasa yang adil, dan doa orang yang teraniaya. Doa mereka diangkat Allah ke atas awan dan dibukakan baginya pintu langit dan Allah bertitah, 'Demi keperkasaan-Ku, Aku akan memenangkanmu (menolongmu) meskipun tidak segera." (HR. Attirmidzi)  Kita dapat mengambil HIKMAH bahwa:  Bila kita seorang anak ...  Janganlah sekali-kali membuat marah orang tua, karena murka mereka akan membuat murka Allah subhanahu wa ta’ala. Dan bila kita ingin selalu diridloi-Nya maka buatlah selalu orang tua kita ridlo kepada kita.  Jangan sampai kita berbuat zholim atau aniaya kepada orang lain, apalagi kepada kedua orang tua, karena doa orang teraniaya itu terkabul.  Bila kita sebagai orang tua ...  Berhati-hatilah pada waktu marah kepada anak, karena kemarahan kita dan ucapan kita akan dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, dan kadang penyesalan adalah ujungnya.  Doa orang tua adalah makbul, bila kita marah kepada Anak, Berdoalah untuk kebaikan anak-anak kita, maafkanlah mereka.  Semoga kita di karuniai anak keturunan yang shaleh dan shalehah, yang pintar dan kreatif dan menjadi kebanggaan kita dalam kebaikan. Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin
blogger

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS